Qurban, identik dengan kisah Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail ‘Alaihisallam. Dari Kisah dua utusan Allah ini, ada makna qurban yang kita gali, salah satunya adalah makna tentang keikhlasan dan ketundukan pada perintah Allah Ta’ala. Qurban (kurban) adalah hewan tertentu yang disembelih bagi manusia untuk menjadi lebih dekat dengan kasih sayang Allah. Dalam fiqh qurban disebut “udhiyya” yang berarti hewan yang disembelih saat Idul Adha. Kami menyebutnya “qurban”. Menyembelih binatang disebut “tadhiyya” yang berarti menyembelih hewan khusus pada waktu tertentu dengan niat ibadah dan ketaatan. Ini juga dapat disebut “zabh” dan “Nahr”.
Menurut salah satu ceramahnya, Ustadz dr. Amir Faishol Fath mengungkapkan bahwa secara bahasa qurban berasal dari kata Qoroba Yaqrobu yang artinya mendekat. Oleh karena itu qurban adalah salah satu ibadah yang mendekatkan diri seseorang kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Selain ibadah yang mendekatkan diri kepada sang pencipta, Allah Subhanahu Wata’ala. Ibadah qurban juga memiliki faktor hablumminannas yakni memberikan kebermanfaatan bagi lingkungan sekitar. Qurban adalah ibadah yang mendekatkan diri kepadaNya dan disisi lain membantu masyarakat yang kurang mampu untuk merasakan lezatnya daging qurban yang jarang disantap dalam keseharian.
Salah satu makna yang paling dalam dari ibadah qurban adalah sebagai bentuk penghambaan kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan membahagiakan sesama. Qurban adalah bentuk keshalehan sosial dimana pequrban akan merasakan indahnya berbagi bagi sekitar. Hal ini tak lepas dari arti kata qurban tersendiri dimana berarti ‘mendekat’. Qurban akan mendekatkan secara emosional bagi si kaya atau si miskin dengan sama-sama merasakan santapan qurban di hari raya idul adha.